Jumat, 16 Januari 2009

AKTIVITAS BISNIS



SURVEY LOKASI TAMBANG

Nindya Nazara - Caleg DPR RI Dapil Jabar VII no. urut 4 PARTAI INDONESIA SEJAHTERA (PIS33) saat melakukan survey on the spot ke lokasi tambang batu bara di daerah Binuang , Kalimantan Selatan, dalam rangka tugas melakukan verifikasi usaha pergtambangan batu bara di Kalsel.

Usaha pertambangan batu bara di Kalimantan Selatan sudah ada sejak masa penjajahan belanda, ini dapat dilihat saat penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Antasari menyerang pertambangan Belanda tahun 1859, namun booming pertambangan batubara di Kalimantan mulai 10 tahun terakhir dimana terdapat perusahaan puluhan tambang raksasa seperti PT. Adoro Indonesia, PT. Arutmin Indonesia, dll dan ratusan tambang rakyat, sempat beberapa tahun lalu marak PETI (penambang tanpa ijin). Usaha pertambangan diharapkan menjadi salah satu sumber pendapatan negara dan daerah, serta idealnya dapat memakmurkan daerah tersebut serta menyerap lapangan kerna, namun ironisnya di Kalsel yang terjadi adalah kerusakan lingkungan dimana penambang yang tidak bertanggung jawab meninggalkan begitu saja bekas areal tambangnya tanpa melakukan perbaikan kembali.

Perkembangan Pertambangan Batubara di Indonesia
Perkembangan produksi batubara selama 13 tahun terakhir telah menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan kenaikan produksi rata-rata 15,68% pertahun. Tampak pada tahun 1992, produksi batubara sudah mencapai 22,951 juta ton dan selanjutnya pada tahun 2005 produksi batubara nasional telah mencapai 151,594 juta ton.


Produksi

PKP2B merupakan produsen batubara terbesar, yaitu sekitar 87,79 % dari jumlah produksi batubara Indonesia, diikuti oleh pemegang KP sebesar 6,52 % dan BUMN sebesar 5,68 %.

Dalam usaha pertambangan (mining) ini, terdapat 3 (tiga) sistem pertambangan :
Tambang terbuka (surface mining) , misalnya tambang batubara Adaro di Kalimantan Selatan.
Tambang bawah tanah (underground mining), misalnya Tambang batubara Ombilin di Sawah Lunto – Sumatera Barat. Tambang bawah air (underwater/ marine mining / Off shore ) mis : tambang eksploitasi minyak Conoco Philips di Laut Natuna .

Penjualan & Produksi

Berdasarkan laporan dari Morgan Stanley, selama 2004, impor batu bara dari Cina meningkat 69% menjadi 19 juta ton. Volume impor tersebut hanya 1% dari konsumsi batu bara di Cina sebesar 1,9 miliar ton selama 2004 atau meningkat 20% dari kebutuhan tahun sebelumnya. Keputusan Cina mengurangi ekspor batu bara membuat pasokan ke negara pembeli utama, Jepang dan Korsel, sedikit terganggu, sehingga Indonesia dan eksportir lainnya seperti Australia berpeluang mengisi kekosongan pasokan ke kedua negara pembeli tersebut, selain berkesempatan meningkatkan ekspor ke Filipina dan Malaysia. Sehingga harga komoditas tersebut sejak 2002 hingga 2004 terus meningkat dari rata-rata US$28,85 per ton menjadi di atas US$60 per ton di tahun 2007 telah mendorong sebagian besar produsen melakukan ekspansi produksi. (NNA)


Tidak ada komentar: